#AWENYMOUS-BERJALAN TANPA RENCANA, BERGERAK PENUH MAKNA

Thursday, August 26, 2010

Karena ia adalah kupu-kupu...


Karena ia adalah kupu-kupu. Ia bukan lagi telur, bukan pula larva, dia adalah ulat yang sudah berubah menjadi sebuah kupu-kupu. Kupu-kupu dewasa yang sangat cantik, dengan karunia dua kepakan sayap yang tangguh, yang memungkinkannya terbang kemanapun ia berkehendak. Dia juga memiliki sorot mata tajam, yang membuat ia mampu melihat dengan sangat jelas, ke arah mana ia harus terbang, ke arah mana dia harus mengarahkan dua kepak sayap kokohnya untuk kemudian memberi manfaat bagi kehidupan, dimanapun dia singgah.

Karena ia adalah kupu-kupu , mulai hari ini, aku akan membiarkannya terbang bebas ke manapun ia pergi, kemanapun dia kehendaki. Karena aku percaya, kepakan sayap tangguhnya adalah modal untuk bertarung di kerasnya alam semesta. Aku akan membiarkannya pergi dari rumah itu, Rumah dimana dia sempat menitipkan dan mempercayakan asanya untuk terwujud. Seiring angin yang sering berhembus melewati jendela halaman depan, terbang pula lah mimpi-mimpi yang sangat ia idam-idamkan. Kupu-kupu itu memang harus segera terbang bebas ke angkasa, meraih mimpi-mimpinya yang sempat buyar di rumah ini padahal dia sempat memiliki keyakinan, rumah ini adalah persinggahan terakhirnya.



Karena ia adalah kupu-kupu, bukan kupu-kupu biasa, ia adalah kupu-kupu ungu, yang memiliki sejuta pesona dan keindahan yang Tuhan lekatkan pada kepakan kedua sayapnya, menciptakan harmoni kesejukan di setiap angin yang tercipta dari kepakan sayapnya.

Karena ia adalah kupu-kupu ungu yang cantik, maka aku harus membiarkanya pergi, tanpa pernah memintanya untuk kembali pulang , tanpa perlu berharap dia akan pulang, atau sekedar bertanya, "Kupu-Kupu Ungu, kapan kamu akan kembali pulang atau sekedar singgah ke rumah lagi?" Tidak akan, Tidak akan pernah.

Karena dia adalah kupu-kupu ungu. Dia dibekali memori layaknya GPS. Karena Jendela rumah itu akan selalu terbuka untuknya, kapan pun dia ingin pulang. Yang jelas, kapan pun ia boleh pulang,kapan pun dia boleh datang, tapi, si pemilik rumah itu tidak akan pernah memintanya pulang, mengharapkan dia pulang atau sekedar bertanya kapan ia akan pulang….

Karena dia adalah kupu-Kupu, Kupu-Kupu ungu, dua kepakan sayapnya yang hanya berupa angin kecil di utara bisa menjadi sebuah badai tornado besar di belahan dunia bagian selatan.

Karena dia adalah kupu-kupu. Karena dia adalah kupu-kupu Ungu, The Purple Butterfly Effect.

Selamat jalan Kupu-Kupu Ungu-Ku, semoga bisa mendapatkan alam yang sesuai dengan keinginanmu.





awenymous

Tuesday, June 9, 2009

On the way, Ungkapan sakti...



On the way atau yang dilebih dikenal dengan istilah OTW tiba-tiba saja melintas terang di benakku sore ini. sebuah kata sakti yang biasa digunakan oleh kaum Later alias tukang telat untuk menenangkan hati seseorang yang sedang menanti kehadiran kita. Umumnya, kata OTW ini dikeluarkan ketika seseorang menanyakan keberadaan posisi kita dan bertujuan untuk meyakinkan bahwa kita sudah dalam perjalanan menuju tujuan dan sudah semakin dekat untuk tiba di tempat yang diinginkan. Tak heran, kaum later ini enggan untuk menyebutkan posisi jelasnya ketika ditanya, “udah sampe mana?”, dijamin mereka tidak akan menjawab pertanyaan itu dan lebih aman menggunakan kata OTW. Semakin besar penekanan penanya tentang posisi kita, “udah sampe mana?posisinya dimana?”, maka semakin besar pula penekanan jawaban “On the way, pokoknya, On the way”.
Saya bisa pastikan bahwa kebanyakan dari manusia Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat Rubber time, pernah menggunakan istilah ini sebagai kata-kata sakti penyejuk jiwa. Entahlah, ini termasuk sebuah kebohongan atau trik belaka, yang jelas saya pribadi termasuk kedalam orang-orang yang memanfaatkan makna sakti dibalik kata on the way.
Padahal, secara kebahasaan, on the way berarti sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat dan dipastikan seseorang itu akan tiba tepat pada waktunya alias on time. Jadi, on the way adalah pasangan serasi untuk on time. Tapi koq, kita malah sering menyalahgunakan on the way ini???Entahlah, hanya nenek moyang kita yang tahu kenapa bangsa ini sedemikian rupa dikenal sebagai bangsa yang sering telat, telat datang, telat bangun tapi lebih awal tidurnya.
Memang, setiap kali mengadakan acara internasional dengan beberapa teman asing terutama yang berasal dari Eropa atau Australia, mereka acapkali mengeluhkan ketidak komitmenan orang indonesia terhadap waktu. 30-1 jam belum lah dibilang telat, 2-3 jam baru disebut telat. Sampai pernah suatu kali, seorang teman dari eropa merasa jengkel dan kesal dengan kebiasaan turun temurun ini.
Penyakit ini ternyata juga menjangkit akut di instansi resmi pemerintahan. Suatu kali, saya diundang untuk menghadiri acara launching sebuah konferensi pemuda tingkat internasional di sebuah hotel di kawasan HI Jakarta. Peserta yang hadir merupakan para utusan resmi beberapa kedutaan, tokoh LSM dan wartawan senior Kompas. acara yang harusnya dimulai pukul 09.00 sebagaimana yang tertulis dalam surat undangan, baru dimulai sekitar pukul 10.30,,Molor PARAH...anehnya, panitia terkesan santai dan cuek saja,padahal tamu-tamu yang diundang adalah orang-orang besar. ..
Ah, Nasibmu on the way, semoga penyalahgunaamu tidak bersifat abadi,,,,,

Thursday, October 16, 2008

selamat datang di 102..

dua bulan terakhir ini, aku menjadi sangat menjadi intim dengan bus 102 jurusan ciputat-tanah abang, yang apabila matahari mulai mengantuk, menjadi jurusan tanah abang-lebak bulus. bus kuning yang sepertinya berasal dari abad ke 13 atau abad dimana islam masuk pertama kali ke indonesia (katanya)memang luar biasa, dan cenderung nekat. bayangkan, mesin tua yang sudah bau tanah sama sekali tak mempengaruhi daya kecepatan bus yang kadang menjadi sang raja jalanan, serobot kanan-kiri, serempet sana sini, terobos lalu lintas dan yang paling menjengkelkan, supir yang sering ugal-ugalan dan embereno..Huuhh...
tiada hari tanpa dimulai dengan rasa kangen yang luar biasa terhadap bus 102 ini, wajar aja sih, tanpa bus ini tak mungkin lah aku bisa sampai ke tempat ku mencari nafkah di daerah slipi. meskipun sebenarnya rasa kangen itu sangat-sangat terpaksa karena memang tidak ada sarana lain yang bisa membawa ku menuju slipi selain si 102 ini. untungnya, bus yang selalu penuh dengan gumulan-gumulan manusia di setiap paginya tidak sampai membuat aku berdiri karena untunya aku naik langsung dari tempat mangkalnya. anehnya, yang berdiri justru bukan kakiku, melainkan sang junior karena seringnya mendapatkan makhluk-makhluk ciptaan tuhan yang secara sengaja ataupun tak sengaja menyilaukan adikku tercinta ini....hahaha
setidaknya ada 4 keunggulan yang dimiliki oleh bus kuning ini dibandingkan dengan bus lainnya:
1. harga yang sangat murah untuk ukuran hidup di jakarta.
sekali menaiki bus ini, anda hanya perlu mengeluarkan uang 2500 saja. jarak slipi-ciputat lumayan murah untuk ditempuh dengan hanya 2500 perak. selain itu, anda akan mendapatkan fasilitas harga flat meskipun jalanan macet sekalipun dan membutuhkan waktu sekitar 2 jam dari ciputat-slipi. bayangkan kalo anda naek taksi, macet sekalipun, argo tetap jalan coy...apalagi kalo anda jalan, bisa gempor tuh kaki

2. solidaritas antar sesama bus yang tinggi
bus ini juga menyediakan fasilitas satu harga untuk beberapa bus. pernah suatu kali dan bahkan berkali-kali, bus ini menerapkan prinsip solidaritas di atas segala-galany. sehingga apabila bus yang kita tumpangi kosong dan tak jauh dari lokasi bus itu ada bus sejenis yang tak terlalu penuh, siap-siap lah anda untuk dipindahkan ke bus tersebut dengan alasan solidaritas dan hemat BBM. daripada sama-sama kosong, mending yang satu penuh satu ksong. tak perduli betapa nyamannya anda dengan posisi duduk anda saat itu, pokoknya, HARUS PINDAH KARENA KONDEKTUR ADALAH RAJA!!!!Huh, menyebalkan

3. melatih kesabaran
apabila anda seorang yang pemarah, cobalah sekali-kali menaiki bus ini. dijamin, anda akan diajarkan cara bersabar yang benar dan pandai menahan emosi anda. supir yang seenaknya dan kodektur yang seenaknya juga akan meyakinkan anda bahwa anda bisa menjadi seorang yang penyabar. selain itu, kasus perpindahan penumpang antar bus tadi akan semakin meyakinkan anda bahwa anda bisa menjadi seorang yang penyabar. ditambah, supir yang sering ugal-ugalan dan membahayakan jiwa, raga, harta dan martabat anda juga sekali lagi akan semakin meyakinkan anda bahwa anda benar-benar bisa menjadi seorang yang penyabar....

102 adalah miniatur transportasi jakarta yang amburadul dan sangat tidak mengindahkan kenyamanan dan keamanan penumpangnya. sudah saatnya pemerintah memberikan fokus lebih terhadap masalah yang sudah mendarah daging di jiwa jakarta yang katanya kota metropolitan ini. karena, potensi yang dimiliki oleh manusia-manusia yang hidup di jakarta akan hilang tertelan kebosanan, stress dan kelelahan yang diakibatkan oleh kemacetan dan saran transportasi yang super acakacakan..
ah,semoga saja ya...

Sunday, August 24, 2008

19 Juli 2008; awal sebuah masa depan -Part Two-

CATATAN KEDUA DARI TIGA BAGIAN

Menyelami kehidupan UIN Jakarta adalah sebuah cerita tentang kehidupan yang unik dan ‘menakjubkan’ bagi perjalanan hidup selama 23 tahun ini. UIN adalah sebuah nama yang tak pernah terpikirkan sebelumnya dalam benak sang awen. Memang, UIN Jakarta bukanlah pilihan yang aku perhitungkan ketika aku masih menjadi abu-abuers. Cerita buruk seputar UIN Jakarta mengenai kesesatan, orang-orang aneh dan lain-lain memperkuat hal tesebut, terlebih lagi salah seorang teman menyarankanku untuk tidak kuliah di tempat yang katanya sekuler itu. Pilihanku saat itu adalah menunda rencana kuliah selama dua tahun untuk memperdalam ilmu agama islam di pesantren NU dan lantas kuliah di salah satu PTN di bandung. Namun, belum lagi rencana itu terlaksana, sekolah ku (MAN Cipasung) menawariku untuk mengikuti seleksi PMDK di kampus UGM Jogjakarta. Iseng-iseng, aku pun memutuskan untuk mengikuti proses dan ternyata aku pun berhasil lolos seleksi di Fakultas Ilmu Budaya UGM. Tentu saja, aku merasa girang tak kepalang karena siapa sih yang tidak mau kuliah di UGM. Apalagi namaku tiba-tiba saja menjadi harum semerbak bak selebritis dadakan di sekolah karena berhasil lolos SPMB di UGM. Perlahan mimpi awal untuk menunda kuliah pun luntur dan menghilang dari rencana hidupku ke depan.
Selepas lulus dari sekolah menengah atas, aku pun mantap memutuskan UGM sebagai tujuanku berikutnya untuk menata dan meraih masa depan. Aku merasa sangat-sangat yakin dengan keputusanku untuk kuliah di UGM, kendati banyak keluarga ku yang menolak rencana kuliah di jogja karena alasan jarak (aku berasal dari cianjur) dan tentunya financial. Ditemani oleh ibunda tercinta, aku pun berangkat menuju kota pelajar tersebut. 7 hari menjelang SPMB nasional 2003 merupakan langkah awal untuk menempuh studi di UGM. Berbagai proses administrasi aku lakukan, kartu tanda mahasiswa UGM dan jaket almamater berwarna semu cokelat pun menjadi pertanda awal telah resminya aku menjadi mahasiswa UGM. Selama disana, aku bercengkrama dengan salah satu seniorku yang telah dahulu memasuki rimba kehidupan Jogja dan sekaligus sukses menelurkan karya tulisnya berupa novel terjemahan dari timur tengah. Semakin terpaculah aku untuk meriah sukses masa depan di UGM ini.
Disaat mahasiswa lain tengah sibuk bertarung untuk memperebutkan kursi PTN yang sangat terbatas, aku sudah terlebih dahulu mendapatkan kursi itu. Ah, betapa lega dan bangganya aku waktu itu. Memasuki rimba UGM tanpa Test….
Namun, Tiba-tiba saja, bisikan lain memasuki alam pikiranku tepat di hari ketujuh keberadaanku di jogja. Lebih tepatnya lagi setelah test matrikulasi untuk seluruh mahasiwa yang lolos melalui jalur PMDK. Aku merasa kurang nyaman berada di jogja dan ingin kuliah di tempat lain saja. Entahlah, kenapa tiba-tiba saja aku merasakan hal yang demikian, sebuah alasan yang sekarang pun sangat sulit untuk aku urai. Financial selalu menjadi benteng pertahananku untuk menangkis seputar UGM ini, meskipun tidak benar 100% karena faktanya kampus memberikan keringanan untuk mencicil uang masuk selama satu tahun dan tawaran beasiswa pendidikan dari seniorku di UGM.
Entahlah, yang jelas aku sangat ingin pindah dari jogja, melepas status mahasiswa UGM, dan pokoknya PINDAH. Segera saja aku utarakan niat itu kepada ibuku yang memang menemani ku selama di jogja. Tentu saja, ibuku sangat jengkel dan marah kendati dia tidak mengungkapkannya secara langsung dihadapanku. Aku hiraukan penolakan dia dan tetap dengan pendirianku untuk keluar dari kota jogja hari itu juga. Akhirnya, aku pun keluar dari kota jogja dan sekaligus mendapat semprotan amarah dan rasa jengkel dari seluruh keluargaku setibanya aku di rumah. Uh…
Disinilah sejarahku dengan sebuah kampus bernama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta bermula. Keinginan untuk mengikuti test masuk di perguruan tinggi lain tentu saja mustahil karena waktu pelaksanaan SPMB yang memang sudah lewat. Aku pun menghubungi salah seorang rekan di ciputat seputar test penerimaan mahasiswa baru di UIN. Ternyata, kesempatan itu masih ada. Langsung saja aku bergegas menuju Ciputat dan mendaftarkan diri untuk mengikuti test masuk. Awalnya, aku ingin memilih jurusan komunikasi dan penyiaran islam atau bahasa dan sastra inggris. Tapi, setelah berfikir (meskipun sesaat) pendidikan bahasa inggris pun menjadi pilihanku. Aku hanya memilih satu jurusan dari kemungkinan tiga jurusan yang boleh untuk dipilih.
Aku mengikuti test tanpa persiapan sama sekali apalagi sampai mengikuti bimbingan test masuk ataupun membaca contoh test-test masuk terdahulu. Aku hanya membawa badanku, itu saja. Sambil menunggu pengumuman hasil ujian, aku pun harus menyelesaikan urusan administrasi dengan UGM karena aku masih tercatat sebagai mahasiswa UGM. Aku pun melayangkan surat pengunduran diri kepada rektor UGM yang saat itu masih dijabat oleh Prof.Dr.Sofyan Effendi. Repotnya, surat pengunduran diri saja tak cukup. Ayahku pun ternyata harus langsung datang ke UGM untuk menuntaskan hal ini. Uang pembayaran masuk UGM yang saat itu hanya sekitar 1,5 juta terpaksa harus aku relakan untuk terpotong sebagai konsewensi keputusan ku yang sangat aneh ini. Uh…
Aku pikir keputusan keluar dari UGM merupakan hal paling bodoh terakhir yang aku lakukan, ternyata, kebodohan itu masih berlanjut.
Ketika pengumuman kelulusan ujian masuk UIN Jakarta itu tiba dan aku dinyatakan lolos, perasaan ku pun biasa saja, tak ada kebahagiaan, euforian ataupun yang sejenisnya. Ekspresi wajahku datar-datar saja dan nyaris tak ada senyuman tanda sumringah terpancar dari wajahku. Justru, aku merasa masa setelah pengumuman itu merupakan masa teraneh dalam perjalanan hidupku sejauh ini. Tiba-tiba saja, aku ingin kembali kuliah di Jogja dan menolak kuliah di UIN!!! Sungguh sebuah keputusan yang aneh dan sangat plin-plin. Aku beradu argument lumayan hebat dengan keluarga terutama ayah dan ibu. Mereka lagi-lagi sangat kecewa dan bingung dengan sikap aku. Entahlah, mungkin mereka sendiri sangat kesulitan memahami apa yang terjadi dengan anaknya tercinta ini. Kendati mereka jelas-jelas menolak, tetap saja aku membandel. Tak kehabisan akal, aku pun menghubungi langsung pihak rektorat seputar statusku sebagai mahasiswa UGM. Tragisnya, aku mendapatkan jawaban yang sangat tidak aku harapkan. Mereka telah menerima salinan surat yang aku buat sendiri dan menyatakan
“seorang mahasiswa bernama WENDI WIJARWADI secara resmi sudah mengundurkan diri dan keputusan itu tidak bisa DIRALAT!!!”
Artinya, aku tidak kembali ke pangkuan dan (awalnya terpaksa) menerima nasib untuk menatap masa depan melalui kampus UIN Syahid Jakarta.
Dan perjalanan di Kampus UIN pun di mulai.

……………………………………………………………………………………………..
“LOOK AT PAS WITH GRATITUDE, PRESENT WITH CHEERFUL AND FUTURE WITH CONFIDENCE”

Monday, July 28, 2008

19 juli 2008; Awal sebuah masa depan……………


CATATAN PERTAMA DARI TIGA BAGIAN

Juli 2003
Sebuah hentakan kedua kaki pertama kali mengotori kampus UIN yang saat itu masih dalam proses pembangunan Fakultas Tarbiyah. Kebisingan akibat mesin-mesin pengilinan semen dan suasana yang amburadul akibat pembangunan mengawali perjalanan di kampus UIN. Pendidikan bahasa Inggris merupakan sebuah nama yang akan selalu mengalun-alun dalam jiwa. Sebuah jurusan yang “katanya” bertugas mencetak “kader-kader” yang akan mendakwahkan pentingnya berbahasa inggris untuk ikut bersaing dalam kehidupan dunia global. Ah, tersebutlah aku pun menjadi salah satu bagian dari mereka itu. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.

September 2003
Resmilah aku menjadi mahasiswa UIN Jakarta. Awal September menjadi babak baru dalam perjalanan kehidupanku. Secara resmi, aku diperkenalkan dengan kehidupan kampus UIN melalui sebuah program bernama “Program pengenalan study dan almamater” alias Propesa. Katanya sih, program itu bertujuan membedah seluruh isi UIN termasuk kegiatan ekstranya pastinya. Tapi ko, rasanya nuansa politisnya lebih kerasa ya?
Ah, aku sendiri merasa kampus UIN lebih pantas disebut sebagai kampus yang lebih menonjolkan segi politisnya dari pada segi akademisnya. Jadi, jika anda ingin menjadi seorang politikus handal, masuklah kampus UIN. Jika anda ingin menjadi seorang akademis, Mmmmm…………………???

Hingga akhirnya,
5 tahun kemudian…
19 juli 2008
Sebuah hari bersejarah dalam perjalanan hidup sang awen. Bersama sekitar 780-an peserta wisuda lain, resmilah aku menyelesaikan masa studi ku di UIN. Sayangnya, tidak ada yang special dengan prosesi wisuda kali ini. 3 orang yang sangat mensupport keputusanku untuk kuliah di Jakarta, telah terlebih dahulu menyelesaikan masa bakti hidupnya. Mereka bertiga telah dipanggil kembali kehadapan sang khalik dalam hitungan tahun yang saling bertautan. Ayahku meninggal tahun 2005, disusul kemudian oleh kakekku setahun kemudian dan terakhir meninggalnya nenekku tercinta tepat sehari menjelang hari bersejarah ini tiba. Tuhan, Semoga mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi engkau. Aku sangat yakin bahwa mereka tersenyum bahagia tatkala sang rektor memindahkan buntut toga dari kiri ke kanan sebagai symbol telah resminya aku menjadi seorang sarjana.
Untuk semua keluarga, kerabat serta sahabat yang telah mendukung aku untuk semua ini, aku sangat berterimakasih tiada terkira. Hanya ucapan terimakasih yang bisa aku haturkan. Semoga ini bermanfaat bagi semua.

Friday, May 16, 2008

Catatan manis piala uber

Sejarah manis berhasil ditorehkan oleh tim uber indonesia. setelah melalui perjuangan yang melelahkan, indonesia akhirnya melaju ke partai final setelah melewati hadangan tim “kejutan” jerman, yang sebelumnya menghempaskan tim uber denmark di babak perempat final. Tim uber indonesia yang mengalami krisis regenerasi pasca berakhrinya generasi susi susanti, lili tampi/finarsih hingga mia audina yang hijrah ke belanda, tampil begitu bersemangat dan patriotik. Bayang-bayang keterpurukan tim uber dalam 10 tahun terakhir, termasuk tragedi “jaipur’ yang membuat tim uber gagal lolos ke babak utama di piala uber 2006, perlahan mulai terhapus. Dahaga gelar para pemain putri pun akan segera terpenuhi kendati harus terlebih dahulu melewati kedigdayaan tim uber China di final besok.
Di pertandingan pertama, penonton disuguhi permainan menarik dan menegangkan antara maria kristin dan Xu wen. Kondisi Maria kristin yang sedang cedera lutut sedikit mempengaruhi penampilannya malam itu. meskipun sempat unggul 18-16 di set pertama, maria pun harus takluk ditangan pemain berperingkat 9 dunia ini dengan kedudukan 21-18. Xu wen, yang di babak sebelumnya berhasil mengalahkan juara All England asal Denmark tinan rasmussen, semakin menunjukan kedigdayaannya di set kedua. Cedera yang dialami maria seperti mempermudah Xu wen untuk segera mengakhiri pertandingan pertama ini. tercatat, papab skor menunjukan angka 21-11 untuk kemenangan Xu wen.
Untungnya, para bidadari uber yang lainnya berhasil mengurai ketegangan dan mengalahkan lawan-lawan berikutnya tanpa perlawanan yang terlalu berarti. Firdasari, liliana natsir/gresia poli dan pia zebaidah berhasil menunjukan kematangannya dalam bermain dan memaksa tim jerman harus bertukuk lutut dengan keadaan 3-1 untuk kemenangan tim uber indonesia.
Tentunya pencapaian ini merupakan sebuah kebanggan tersendiri bagi dunia perbulutangkisan indonesia terutama di sektro putri pada khususnya. Keterpurukan demi keterpurukan sepertinya menjadi slogan wajib bagi para pemain putri belakangan ini. Apalagi, tim uber hanya dibebani target awal masuk semifinal oleh PB PBSI dibawah komando bang yos. Ucapan salut dan terimakasih tentu layak untu disematkan kepada para pemain tim uber indonesia. semangat dan kerja keras mereka berhasil membuahkan hasil yang manis.
Perjuangan lebih berat pastinya akan menunggu tim uber kita di babak final nanti. Para pemain putri cina yang menguasai peringkat 10 besar dunia, termasuk didalamnya peringkat pertama tunggal putri dan ganda putri, akan membuat partai final besok menjadi partai terberat sepanjang pelaksanaan piala uber sekaligus ajang balas dendam atas kekalahan demi kekalahan yang diderita para pemain kita dari pemain china baik di sektor per seorangan ataupun kelompok.
Doa seluruh rakyat indonesia akan menyertai perjuangan mu, kawan…
Terus berjuang dan ayo kibarkan kembali nama besar indonesia di jajaran tim elit bulutangkis dunia…
SEMANGAT TIM UBER INDONBESIA.

Sunday, May 4, 2008

Tour D Java; sebuah Catatan Perjalanan 6.2

catatan ke enam(akhir)
wonogiri-jakarta
sejuta jiwa di tour d java
Sekitar pukul 2 siang, laskar ZEDP pun berpamitan. Tak lupa, kami pun tentunya melakukan pengisian bahan bakar karbohidrat sebagai penunjang tenaga kami yang akan menempun perjalanan panjang selama 13 jam. Ini adalah wisata kuliner kami yang ke enam belas selama tour d java ini. Tangisan serta rengekan manja khas anak kecil yang keluar dari mulut imong pun seperti menjadi pengiring kepergian kami. Tampaknya, imong ingin ikut dengan pamannya, ibot, untuk mendampingi kami ke stasiun solo. Pamitan serta ucapan terimakasih pun tak lupa kami ucapkan kepada keluarga besar Pak ibot. Oya, dikarenakan rute yang berlainan, sebagian dari kami pun meninggalkan rumah ibot tidak secara bersamaan. Mba elly yang pulang ke Madura dan Rinta + Soya yang pulang kembali ke Jogjakarta menjadi kontestan ZEDP yang harus angkat koper terlebih dahulu.
Sesampainya di stasiun kereta, mba Dessy pun langsung memesan tiket pulang ke Jakarta, tepatnya ke stasiun Tanah Abang. Aku sendiri merasakan badan yang mulai manja. rasa lelah serta letih selama tour d java akhirnya memakan korban juga. Aku merasakan pening yang amat dahsyat dan kepalaku terasa sangat berat. Untungnya, sakitnya tidak sampai menjalar ke bagian hati karena justru suasana hatiku saat itu sangat kontras keadaan badanku. Sang hati terasa sangat gembira riang tak terkira karena melihat boneka dari india (LoH..ko jadi lirik lagu gitu ya…)...
Ah, ingin rasanya aku segera rebahkan badanku ini setibanya di dalam kereta api.
Insiden positif pun terjadi saat itu. Tanpa kami duga dan kami kira, Soya dan Rinta pun tenyata mendatangi kami kembali. Kaget tentunya karena kita sudah berpamitan di rumah Ibot tadi. katanya sih, mereka paksakan kembali ke stasiun solo dari solo balapan hanya karena satu hal, yaitu Kangen!!!!.....
Sekitar pukul 17.00, kereta api yang akan membawa kami ke Jakarta pun mulai menampakan badan kokohnya. Penuh sesak para penumpang menjadi teman kami waktu itu. Kereta nya ternyata tidak sekosong ketika perjalanan kami ke Tegal. Akhirnya, setelah pencarian panjang yang melelahkan, kursi kosong pun berhasil kami temukan. Artinya, hasrat besarku untuk mengistirahatkan tubuhku pun kesampaian. Apalagi ini perjalanan yang amat melelahkan sekitar 13 jam. Kata ustadku sih, perjalanan panjang itu akan terasa sangat singkat apabila kita melakukan tiga hal utama, yaitu TIDUR, BOBO dan SLEEPING!!!! So, aku pun melakukan nasihat itu dan ternyata itu berhasil. Seingat aku sich, aku hanya bangun selama 3 kali, yaitu sebagai berikut:
1. ketika Hery datang menghampiri untuk membawa berita gembira tentang makanan yang harus aku santap
2. Ketika mba Dessy dan mas Eko berpamitan di stasiun Tegal, itupun pamitannya terhalang sekat jendela, karena katanya sih, aku tidur terlalu pulas ketika mereka membangungkanku untuk sekedar mengucapkan "good bye"
3. Ketika Indra mengingatkanku bahwa waktu subuh sudah tiba dan memintaku untuk shalat berjamaah bersama yang lain di atas kereta.
**********************************************
sekitar pukul 7.30 pagi, kereta pun mulai memasuki kawasan "elit dan sulit” khas ibukota Jakarta. Wajah-wajah kusam menyelimuti pemandangan laskar ZEDP yang tersisa pagi itu. Hery, Nanank, Nadra, Indra, Genji, Mia, Aria dan aku sendiri, Awen Al-Tampani adalah para laskar itu.
Ah, perjalanan panjang pun akhirnya berakhir. Hery dan Nadra turun di stasiun Jatinegara dan sisanya di stasiun Tanah Abang.
Sungguh, sebuah perjalanan silaturahim yang luar biasa indah dan mengagumkan. Semoga kenangan indah akan mampu menjadi senjata ampuh kami untuk senantiasa ingat bahwa kita pernah mempunyai saudara yang hebat dan luar biasa, sekarang dan selamanya....